Daftar Isi
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.1
Daftar Isi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .2
Bab I Pendahuluan
· Latar Belakang Permasalahan. . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3
· Rumusan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3
Bab II Pembahasan
· Profil Kepulauan Maluku. . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4
· Penyebaran Islam di Kepulauan Kai. . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5
· Penyebaran Islam di Maluku dan Maluku Utara. . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .8
· Kerajaan Ternate. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .9
· Kerajaan Tidore. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .12
Bab III Penutup
· Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .14
Daftar Pustaka. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. .15
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang Penulisan
Sejak zaman pra sejarah,
penduduk kepulauan Maluku dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup
mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan
perdagangan antara kepulauan Maluku dengan berbagai daerah di daratan Asia
Tenggara. Wilayah Kepulauan Maluku kuno merupakan wilayah yang menjadi titik
perhatian, terutama karena hasil rempah-rempahnya yang dijual disana menarik
bagi para pedagang Maluku, untuk kemudian dijual kepada para pedagang asing.
Bersamaan dengan itu, datang
pula para pedagang yang berasal dari Timur Tengah. Mereka tidak hanya membeli
dan menjajakan barang dagangan, tetapi ada juga yang berupaya menyebarkan agama
Islam. Dengan demikian, agama Islam telah ada di Maluku ini bersamaan dengan
kehadiran para pedagang Arab tersebut. Selain itu ada pula para ulama yang
datang secara langsung ke kepulauan ini untuk berdakwah. Biasanya mereka ini
adalah penduduk asli atau keturunan para pedagang tadi yang telah memeluk
Islam.
Pengaruh adanya perdagangan
lintas negara tersebut sangat mempengaruhi perkembangan Islam di
kepulauan rempah-rempah ini.
Rumusan Masalah
· Bagaimana Profil daerah Kepulauan Maluku?
· Bagaimana Proses Masuknya Islam Ke Wilayah Kepulauan
Kai?
· Bagaimana Proses Masuknya Islam Ke Wilayah Maluku dan
Maluku Utara?
· Jelaskan Kerajaan Ternate
· Jelaskan Kerajaan Tidore
Bab II Pembahasan
Profil Daerah Kepulauan Maluku
Peta Maluku
Kepulauan
Maluku adalah sekelompok pulau di Indonesia yang merupakan bagian dari Nusantara. Kepulauan Maluku terletak di lempeng Australia. Ia berbatasan dengan Pulau Sulawesi di sebelah barat, Papua di timur, Samudera Pasifik di utara dan Timor di sebelah selatan, Palau di timur laut. Pada zaman dahulu,
bangsa Eropa menamakannya "Kepulauan
rempah-rempah"
Maluku memiliki nama asli
“Jazirah al-Mulk” yang artinya kumpulan atau semenanjung kerajaan yang terdiri
dari kerajaan-kerajaan kecil. Maluku dikenal dengan kawasan Seribu Pulau serta
memiliki keanekaragaman sosial budaya dan kekayaan alam yang berlimpah. Orang
Belanda menyebutnya sebagai ‘the three golden from the east’ (tiga emas dari
timur) yakni Ternate, Banda dan Ambon. Sebelum kedatangan Belanda, penulis dan
tabib Portugis, Tome Pirez menulis buku ‘Summa Oriental’ yang telah melukiskan
tentang Ternate, Ambon dan Banda sebagai ‘the spices island’.
Keberadaan Agama Islam
di Kepulauan Kai bersamaan dengan kedatangan para leluhur orang Kai di
wilayah ini. Masuknya Agama Islam di Kepulauan Kai sangat
erat kaitannya dengan datangnya gelombang dan irama perpindahan
penduduk ke daerah tersebut. Pada awalnya perpindahan penduduk dari
Luang Mabes, Tidore, Ternate, Seram dan Banda Naira, mereka semua
telah memeluk agama Islam, namun karena kurang adanya pembinaan keagamaan,
serta terkuras oleh waktu dan kondisi sehingga beberapa tempat kehilangan
syariat Islam bahkan musnah, dan kembali menyatu dengan keadaan lingkungan
yang ateis/anemis namun ada yang tetap mengembangkan syiar Islam.
B. PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI
KEPULAUN KAI
Kepulauan Kai
1. BANDA ELI DAN BANDA ELAT
Masyarakat Banda Eli dan Banda
Elat adalah penduduk Kai yang berasal dari Banda Naira, mereka
meninggalkan Banda Naira karena pertikaian antara masyarakat Banda
Naira dengan VOC di bawah pimpinan Yan Piterszoon Coen pada taun 1621.
Saat inipun masyarakat tersebut masih tetap mempertahankan Agama Islam, Budaya
( Adat Istiadat ) dan Bahasa Banda Naira. Mereka ini yang memperkuat dan
menjadi penerus adat dan budaya Banda Naira
2. PULAU KUR
Pulau Kur dengan 11 Desanya
mulai dari masuknya penduduk yang beragama Islam sampai sekarang
masih ietap mempertahan kan Agama Islam, Adat Istiadat dan Bahasa. Raja
pertama Kur adalah seorang keturunan Arab yang bernama
Muhammad dan nama Kerajaannya adalah Makara.
3. KEPULAUAN TAYANDO (DESA
OHOITON)
Masuknya Agama Islarn di
Tayando untuk pertama kali dibawa oleh Marungun Banyal pada tahun
1550 dari Langgiar Fer setelah itu di susul oleh tiga
orang mubaligh yaitu
Tawakaluddin, Tafakadin dan Safakadin dari Banda Naira melalui Kur ke Desa
Langgiar Fer baru kemudian kembali ke Tayando.
4. DESA DULLAH
Agama Islam untuk pertama kali
di bawa oleh Sultan Tahiruddin
dari Kesultanan Jailolo Maluku Utara pada tahun 1591 ke Desa
Dullah. Namun putusnya hubungan da'wah telah
menimbulkan hilangnya syariat Islam di sana dan akhirnya mereka kembali
menyatu dengan kepercayaan leluhurnya.
Pada masa pemerintahan Raja
Daung Val beliau mengadakan hubungan dengan Kerajaan Langgiar Fer
lalu beliau menyatakan masuk Islam dan kemudian kembali ke Desa Dullah untuk
dimandikan bersama masyarakatnya secara Islam.
5. DESA LANGGIAR FER
a) Permulaan Masuknya Islam
Sampai saat ini sejarah
masuknya agama Islam di Desa Langgiar Fer masih tetap merupakan penuturan
lisan yang dituturkan dari mulut ke mulut, dari satu generasi ke generasi
berikut tanpa didukung dengan data otentik. Sehingga perlu
diadakan penelitian terus menerus serta mempelajari literatur dan peninggalan
sejarah untuk mendapatkan hasil sejarah Islam yang bermanfaat.
Jalur masuknya Agama Islam di
desa Langgiar Fer melalui Aceh, Banda, Kur dan Tayando, namun Kur
dan Tayando hanya merupakan tempat persinggahan saja. Pembawanya adalah Datuk
Abdullah bin Abdul Muthholib bin Abu Bakar bin Hasyim dari Magribi
(Maroko).
Menurut Ahmad Fakaubun bahwa ayah Datuk Abdullah
bernama Abdul Mutholib, lahir Banda Naira sedangkan Neneknya adalah
tawanan Portugis dalam peperangan dengan Sultan Johar pada tahun 1511
yang pada waktu itu di buang ke Banda Naira.
Kedua pendapat tersebut
setelah di teliti ada suatu kejanggalan yang sangat mencolok yaitu:
cerita perjalanan mereka ditemukan bahwa Datuk Abdullah lahir
di Banda Naira dan cucunya yang bernama Sarkol kawin dengan anak
perempuan dari Raja Sawe di Kilmas Kur. Dari hasil perkawinan tersebut
lahir seorang putera yang bernama Farne Vul, setelah dewasa ia pindah ke
Desa Dullah lalu kawin dan memperoleh dua orang putera yaitu
Arba Huren pindah ke Desa Larat kemudian kawin dengan Sikremin dan Mel
Ren pindah ke Desa Taar.
Dari hasil penemuan di
atas maka dapatlah dipastikan babwa yang datang ke Desa Langgiar Fer
adalah keturunan Datuk Abbdullah yang bernama Arba Huren dan diperkirakan
tiba di Tenan Savav pada tahun 1661.
Hubungan antara Kepulauan Kai
dengan Pulau-pulau Banda Naira sudah berlangsung sebelum datangnya VOC di
Banda Naira. Terjadinya pertikaian antara VOC dengan rakyat Banda Naira
pada tahun 1602 menyebabkan sebahagian dari
pemuka-pemuka Agama
berangkat meninggalkan Banda Naira menuju Kepulauan Kai, untuk
pertama kalinya mereka tiba di Desa Ngilngof.
Beberapa
waktu kemudian keluarga Seknun, Rumkel dan Rumaf
dibawah pimpinan Datuk Abdullah Seknun pada tahun 1605 yang
merupakan turunan Datuk Maulana pindah menetap di Desa Fer bersama
anaknya yang tertua bernama Muhammad Ali Fatha yang kemudian diangkat menjadi
Imam pertama di Desa Fer, Beliau meninggal pada tahun 1617 M/1026
H, makam di Fer-Langgiar.
Keluarga Rumaf menjadi Imam di Desa Mastur dan keluarga Rumkel beserta
sebagian keluarga Rumaf berangkat ke Tayando, setelah mereka tiba di
Tayando diangkat menjadi Imam. Keluarga Rumkel diangkat menjadi Imam di
Desa Meo Langgiar, pengangkatan Imam tersebut. ditandai dengan 1
kati emas sehingga marga Rumkel berubah nama menjadi
Katmas.(Mahmud.M. 2003).
Tamaslu Seknun anak dari Datuk
Abdullah diangkat menjadi Imam di Ohuikurun (Desa Langgiar Fer
sekarang) dan dari sinilah Agama Islam mulai berkembang dan melembaga di Desa
Langgiar Fer yang kemudian berkembang menjadi pusat pengembangan Agama
Islam di kepulauan Kai pada akhir abad ke 18 (1704 M/1124 H) dimasa
pemerintahan Bal Tub Vuar (Muhammmad Baluddin Matdoan). Beliau
mengajarkan ilmu akidah dan ilmu tasawuf kepada masyarakat sehingga beliau
terkenal sangat alim.
Riwayat lain mengisahkan
bahwa, agama Islam di Desa Langgiar-Fer untuk pertama kali dibawa oleh Muhammad
Muqis (Ubtim Matdoan) pada abad 11 atau 12 Masehi, anak dari Sultan
Muhammad Isa dari Kota Basra yang dikenal di daerah Luang Maubessy beliau
diperkirakan tiba di sana pada tahun 1136 (wilayah ter Selatan Maluku, sekarang
menjadi Kabupaten Maluku Barat Daya) dengan sebutan Raja Melayu karena beliau
datang ke Pulau Luang melalui Kerajaan Melayu, dan agama Islam berkembang
pesat di Kepulauan Kai pada generasi ketujuh yaitu saat berkuasa Larat Matdoan
(1536). Suntuk ini dapat ditelusuri riwayat sejarah beberapa Kerajaan Islam di
Kepulauan Kei, Aru, Irian dan Pulau Ambon (Leihitu—Seit, Negeri Lima dll.).
6. DESA MATWEAR
Menurut sejarah yang diakui
masyarakat bahwa Raja Kerajaan Matwear yang pertama bernama Hasan Maqbir
Bidian berasal dari Kesultanan Adonara dan pusat kerajaannya
adalah Desa Matwear sekarang. Raja Hasan Maqbir tidak
mempunyai anak laki- laki untuk menggantikan tahta kerajaan
sehingga tahta kerajaan dijabat kembali oleh Un El
Renfan. Dilihat dari silsilah perkawinan Raja Hasan Maqbir dengan Dit
Nangan anak dari Tebtut Ohoi Vuur diperkirakan beliau datang
ke desa Matwear pada akhir abad ke 17 Masehi. Kehidupan beragama
masyarakat sepeninggal Raja Hasan Maqbir adalah bahwa sebagian rakyat
Matwear masih menganut Agama Islam, sebagian lagi beralih memeluk Agama Kristen
Protestan
Wilayah Maluku dan
Maluku Utara
Tak ada sumber yang
jelas mengenai kapan awal kedatangan Islam di Maluku khususnya Ternate. Namun
diperkirakan sejak awal berdirinya kerajaan Ternate masyarakat Ternate telah
mengenal Islam mengingat banyaknya pedagang Arab yang telah bermukim di Ternate
kala itu. Beberapa raja awal Ternate sudah menggunakan nama bernuansa Islam
namun kepastian mereka maupun keluarga kerajaan memeluk Islam masih
diperdebatkan. Hanya dapat dipastikan bahwa keluarga kerajaan Ternate resmi
memeluk Islam pertengahan abad ke-15.
Diperkirakan, Islam sudah lama
masuk secara diam-diam ke Ternate melalui jalur perdagangan. Hal ini ditandai
dengan banyaknya pedagang Arab yang datang ke wilayah tersebut untuk berdagang,
bahkan ada yang bermukim. Selain melalui perdagangan, penyebaran Islam juga
dilakukan lewat jalur dakwah. Muballigh yang terkenal dalam menyebarkan Islam
di kawasan ini adalah Maulana Hussain dan Sunan Giri
Ada dugaan, sebelum Kolano
Marhum, sudah ada Raja Ternate yang memeluk Islam, namun, hal ini masih menjadi
perdebatan. Secara resmi, Raja Ternate yang diketahui memeluk Islam adalah
Kolano Marhum (1465-1486 M), Raja Ternate ke-18. Anaknya, Zainal Abidin
(1486-1500) yang kemudian menggantikan ayahnya menjadi raja, pernah belajar di
Pesantren Sunan Giri di Gresik. Saat itu, ia dikenal dengan sebutan Sultan
Bualawa (Sultan Cengkeh). Ketika menjadi Sultan, Zainal Abidin kemudian
mengadopsi hukum Islam sebagai undang-undang kerajaan. Ia juga mengganti gelar
Kolano dengan sultan. Untuk memajukan sektor pendidikan, ia juga membangun
sekolah (madrasah). Sejak saat itu, Islam berkembang pesat di Ternate dan
menjadi agama resmi kerajaan.
Kolano Marhum
(1465-1486), penguasa Ternate ke-18 adalah raja pertama yang diketahui memeluk
Islam bersama seluruh kerabat dan pejabat istana. Pengganti Kolano Marhum
adalah puteranya, Zainal Abidin (1486-1500). Beberapa langkah yang diambil
Sultan Zainal Abidin adalah meninggalkan gelar Kolano dan menggantinya dengan
Sultan, Islam diakui sebagai agama resmi kerajaan, syariat Islam diberlakukan,
membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama.
Langkah-langkahnya ini kemudian diikuti kerajaan lain di Maluku secara total,
hampir tanpa perubahan. Ia juga mendirikan madrasah yang pertama di Ternate.
Sultan Zainal Abidin pernah memperdalam ajaran Islam dengan berguru pada Sunan
Giri di pulau Jawa, disana beliau dikenal sebagai "Sultan Bualawa"
(Sultan Cengkih).
Kerajaan Islam di Maluku
A. Ternate
Kerajaan Gapi atau yang kemudian lebih
dikenal sebagai Kesultanan Ternate (mengikuti nama ibukotanya)
adalah salah satu dari 4 kerajaan Islam di Maluku dan merupakan salah satu
kerajaan Islam tertua di Nusantara. Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada
1257. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur Nusantara antara
abad ke-13 hingga abad ke-17. Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di
paruh abad ke -16 berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militernya. Di
masa jaya kekuasaannya membentang mencakup wilayah Maluku, Sulawesi utara,
timur dan tengah, bagian selatan kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan
Marshall di pasifik.
1. Asal Usul
Pulau Gapi (kini Ternate)
mulai ramai di awal abad ke-13, penduduk Ternate awal merupakan warga eksodus
dari Halmahera. Awalnya di Ternate terdapat 4 kampung yang masing - masing
dikepalai oleh seorang momole (kepala marga), merekalah yang
pertama – tama mengadakan hubungan dengan para pedagang yang datang dari segala
penjuru mencari rempah – rempah. Penduduk Ternate semakin heterogen dengan
bermukimnya pedagang Arab, Jawa, Melayu dan Tionghoa. Oleh karena aktivitas
perdagangan yang semakin ramai ditambah ancaman yang sering datang dari para
perompak maka atas prakarsa momole Guna pemimpin Tobona diadakan musyawarah
untuk membentuk suatu organisasi yang lebih kuat dan mengangkat seorang
pemimpin tunggal sebagai raja.
Tahun 1257 momole Ciko pemimpin Sampalu terpilih dan diangkat sebagai Kolano (raja) pertama
dengan gelar Baab Mashur Malamo (1257-1272).
Kerajaan Gapi berpusat di kampung Ternate, yang dalam perkembangan selanjutnya
semakin besar dan ramai sehingga oleh penduduk disebut juga sebagai “Gam Lamo”
atau kampung besar (belakangan orang menyebut Gam Lamo dengan Gamalama).
Semakin besar dan populernya Kota Ternate, sehingga kemudian orang lebih suka
mengatakan kerajaan Ternate daripada kerajaan Gapi. Di bawah pimpinan beberapa
generasi penguasa berikutnya, Ternate berkembang dari sebuah kerajaan yang
hanya berwilayahkan sebuah pulau kecil menjadi kerajaan yang berpengaruh dan
terbesar di bagian timur Indonesia khususnya Maluku.
2. Kedatangan Islam
Tak ada sumber yang jelas mengenai kapan awal kedatangan Islam di Maluku
khususnya Ternate. Namun diperkirakan sejak awal berdirinya kerajaan Ternate
masyarakat Ternate telah mengenal Islam mengingat banyaknya pedagang Arab yang
telah bermukim di Ternate kala itu. Beberapa raja awal Ternate sudah
menggunakan nama bernuansa Islam namun kepastian mereka maupun keluarga
kerajaan memeluk Islam masih diperdebatkan. Hanya dapat dipastikan bahwa
keluarga kerajaan Ternate resmi memeluk Islam pertengahan abad ke-15.
Kolano Marhum (1465-1486), penguasa Ternate ke-18 adalah raja pertama yang
diketahui memeluk Islam bersama seluruh kerabat dan pejabat istana. Pengganti
Kolano Marhum adalah puteranya, Zainal Abidin (1486-1500).
Beberapa langkah yang diambil Sultan Zainal Abidin adalah meninggalkan gelar
Kolano dan menggantinya dengan Sultan, Islam diakui sebagai agama resmi
kerajaan, syariat Islam diberlakukan, membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum
Islam dengan melibatkan para ulama. Langkah-langkahnya ini kemudian diikuti
kerajaan lain di Maluku secara total, hampir tanpa perubahan. Ia juga
mendirikan madrasah yang pertama di Ternate. Sultan Zainal Abidin pernah
memperdalam ajaran Islam dengan berguru pada Sunan Giri di pulau Jawa, disana
beliau dikenal sebagai "Sultan Bualawa" (Sultan Cengkih).
3. Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Raja Ternate yang pertama adalah Sultan Marhum (1465-1495 M). Raja berikutnya adalah putranya, Zainal Abidin. Pada masa pemerintahannya, Zainal Abidin giat menyebarkan agama Islam ke
pulau-pulau di sekitarnya, bahkan sampai ke Filiphina Selatan. Zainal Abidin
memerintah hingga tahun 1500 M. Setelah mangkat, pemerintahan di Ternate
berturut-turut dipegang oleh Sultan Sirullah, Sultan Hairun, dan Sultan
Baabullah. Pada masa pemerintahan Sultan Baabullah, Kerajaan
Ternate mengalami puncak kejayaannya. Wilayah kerajaan Ternate meliputi
Mindanao, seluruh kepulauan di Maluku, Papua, dan Timor. Bersamaan dengan itu,
agama Islam juga tersebar sangat luas.
4.Aspek Kehidupan
Ekonomi, Sosial, dan Kebudayaan
Perdagangan dan pelayaran mengalami perkembangan yang pesat sehingga pada
abad ke-15 telah menjadi kerajaan penting di Maluku. Para pedagang asing datang
ke Ternate menjual barang perhiasan, pakaian, dan beras untuk ditukarkan dengan
rempah-rempah. Ramainya perdagangan memberikan keuntungan besar bagi
perkembangan Kerajaan Ternate sehingga dapat membangun laut yang cukup kuat.
Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Ternate dalam kehidupan
sehari-harinya banyak menggunakan hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada saat
Sultan Hairun dari Ternate dengan De Mesquita dari Portugis
melakukan perdamaian dengan mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an.
Hasil kebudayaan yang cukup menonjol dari kerajaan Ternate adalah keahlian
masyarakatnya membuat kapal, seperti kapal kora-kora.
5. Kemunduran Kerajaan Ternate
Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan
Tidore yang dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan Spanyol ) yang bertujuan
untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan
Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis
dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol
ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab
VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku
berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi
dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.
B. Tidore
Kesultanan Tidore adalah kerajaan Islam yang berpusat di wilayah Kota
Tidore, Maluku Utara Indonesia sekarang. Pada masa kejayaannya (sekitar abad
ke-16 sampai abad ke-18 ), kerajaan ini menguasai sebagian besar Halmahera
selatan, Pulau Buru, Ambon, dan banyak pulau-pulau di pesisir Papua barat.
Pada tahun 1521, Sultan Mansur dari Tidore menerima Spanyol sebagai sekutu
untuk mengimbangi kekuatan Kesultanan Ternate saingannya yang bersekutu dengan
Portugis. Setelah mundurnya Spanyol dari wilayah tersebut pada tahun 1663 karena
protes dari pihak Portugis sebagai pelanggaran terhadap Perjanjian Tordesillas
1494, Tidore menjadi salah kerajaan paling independen di wilayah Maluku.
Terutama di bawah kepemimpinan Sultan Saifuddin (memerintah 1657-1689), Tidore
berhasil menolak pengusaan VOC terhadap wilayahnya dan tetap menjadi daerah
merdeka hingga akhir abad ke-18.Menurut silsilah raja-raja Ternate dan Tidore, Raja
Ternate pertama adalahMuhammad Naqal yang naik tahta pada
tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di kerajaan Tidore yang
dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan. Ciriliyah atau Sultan
Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab.
1. Aspek
Kehidupan Politik dan Kebudayaan
Raja Tidore mencapai puncak
kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan
Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda
yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate.
Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa.
Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore
dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris
sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup
luas, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua.
Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang
Belanda yang berniat menjajah kembali.
2.
Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial
Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat
Tidore dalam kehidupan sehari-harinya banyak menggunakan hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada saat
Sultan Nuku dari Tidore dengan De Mesquita dari Portugis melakukan
perdamaian dengan mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an.
Kerajaan Tidore terkenal
dengan rempah-rempahnya, seperti di daerah Maluku. Sebagai penghasil
rempah-rempah, kerajaan Tidore banyak didatangi oleh Bangsa-bangsa Eropa.
Bangsa Eropa yang datang ke Maluku, antara lain Portugis, Spanyol, dan Belanda.
3.
Kemunduran Kerajaan Tidore
Kemunduran Kerajaan Tidore
disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan Ternate yang dilakukan oleh
bangsa asing ( Spanyol dan Portugis ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah
penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate
sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian
bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku.
Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda
untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan
Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam
bentuk organisasi yang kuat.
Bab III Penutup
Kesimpulan
Kesimpulan
Kepulauan Maluku adalah
wilayah timur Nusantara yang sangat kaya akan rempah-rempah, rempah-rempah
adalah barang yang sangat di cari oleh bangsa-bangsa di luar Nusantara,
terutama bangsa Eropa. hal ini mengundang banyak pedagang asing untuk membeli
rempah_rempah langsung ke daerah asalnya di Maluku, dari sekian banyak
pedagang, termasuklah pedagang dari daerah Timur Tengah yang kebanyakan
beragama Islam dan sekaligus berdakwah di daerah yang ia datangi termasuk
Maluku, setelah penduduk Maluku memeluk Islam, mereka mulai mendirikan
kerajaan-kerajaan Islam di sana dan yang paling terkenal adalah kerajaan
Ternate dan Tidore yang terletak di Maluku Utara sekarng, keua kerajaan ini
saling memperbutkan kekuasaan, dan bersaing. Walaupun telah memeluk Islam
banyak penduduk Maluku yang kembali ke agama nenek moyangnya terutaa saat
mereka melakukan migrasi ke pulau-pulau terpencil seperti di kepulauan Kai, dan
kemudian menjadi pemeluk agama Nasrani setelah kedatangan bangsa barat seperti
Spanyol dan Portugis.
Daftar Pustaka
Al-Mubarakfury. S.S., 2008. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al
Kautsar.Cet.26. Jakarta.
Nicolle, David. 2011. Jejak Sejarah
Islam. Alita Aksara
Media. Cet pertama. Jakarta
Alwi, Des.2005. Sejarah Maluku, Banda Naira, Ternate, Tidore dan
Ambon. Penerbit Dian Rakyat.Cet.I. Jakarta.
http://www.malukuprov.go.id/index.php/2013-02-11-03-23-23/sejarah-maluku di akses tanggal 3
April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Masukan komentar anda