·
Perekonomian
zaman kerajaan Sriwijaya
Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi
pengendali jalur perdagangan antara India dan Tiongkok, yakni dengan penguasaan
atas Selat Malaka dan Selat Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki
aneka komoditas seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga,
gading, emas, dan timah, yang membuat raja Sriwijaya sekaya raja - raja di
India. Kekayaan yang melimpah ini telah memungkinkan Sriwijaya membeli
kesetiaan dari vassal-vassal-nya di seluruh Asia Tenggara. Dengan berperan
sebagai entreport atau pelabuhan utama di Asia Tenggara, dengan mendapatkan
restu, persetujuan, dan perlindungan dari Kaisar China untuk dapat berdagang
dengan Tiongkok, Sriwijaya senantiasa mengelola jejaring perdagangan bahari dan
menguasi urat nadi pelayaran antara Tiongkok dan India.
Kejayaan
bahari Sriwijaya terekam di relief Borobudur yaitu menggambarkan Kapal
Borobudur, kapal kayu bercadik ganda dan bertiang layar yang melayari lautan
Nusantara sekitar abad ke-8 Masehi. Fungsi cadik ini adalah untuk
menyeimbangkan dan menstabilkan perahu. Cadik tunggal atau cadik ganda adalah
ciri khas perahu bangsa Austronesia dan perahu bercadik inilah yang membawa
bangsa Austronesia berlayar di seantero Asia Tenggara, Oseania, dan Samudra
Hindia. Kapal layar bercadik yang diabadikan dalam relief Borobudur mungkin
adalah jenis kapal yang digunakan armada Sailendra dan Sriwijaya dalam
pelayaran antarpulaunya, kemaharajaan bahari yang menguasai kawasan pada kurun
abad ke-7 hingga ke-13 masehi.
Selain
menjalin hubungan dagang dengan India dan Tiongkok, Sriwijaya juga menjalin
perdagangan dengan tanah Arab. Kemungkinan utusan Maharaja Sri Indrawarman yang
mengantarkan surat kepada khalifah Umar bin Abdul-Aziz dari Bani Umayyah tahun
718, kembali ke Sriwijaya dengan membawa hadiah Zanji (budak wanita berkulit
hitam), dan kemudian dari kronik Tiongkok disebutkan Shih-li-fo-shih dengan
rajanya Shih-li-t-'o-pa-mo (Sri Indrawarman) pada tahun 724 mengirimkan hadiah
untuk kaisar Cina, berupa ts'engchi (bermaksud sama dengan Zanji dalam bahasa
Arab).
Pada
paruh pertama abad ke-10, di antara kejatuhan dinasti Tang dan naiknya dinasti
Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama Fujian, kerajaan Min
dan kerajaan Nan Han dengan negeri kayanya Guangdong. Tak diragukan lagi
Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini.
·
Pekenomian
zaman kerajaan Majapahit
Ekonomi Majapahit sebagaimana ekonomi
kebanyakan kerajaan di Jawa bertumpu pada kegiatan pertanian, ini terlihat dari
pusat kerajaan Majapahit yang juga terletak di pedalaman. Namun jika dilihat
lebih jauh Majapahit ekonomi Majapahit juga ditopang oleh perdagangan.
Kombinasi kedua unsur ekonomi ini memberi kekuatan bagi Majapahit, yang juga
menjadi sifat Jawa sebelumnya, yaitu kekuatan demografis.
Pertanian di Jawa sangat menjadikan
masyarakat Jawa terikat pada institusi desa yang terikat dalam jaringan yang
disebut wanua. Institusi inilah yang kemudian menggerakkan jalannya perdagangan
dengan pihak luar. Dalam hal ini perdagangan lebih didominasi oleh perdagangan
hasil pertanian pokok. Jaringan pasar lokal antar wanua ini sering disebut
sebagai pkên.
Pertanian Jawa sejak sebelum Majapahit sangat
kuat. Ini terlihat dari dibuatnya Borobudur beberapa abad sebelumnya yang
mengindikasikan pertanian Jawa dapat mencukupi pekerjaan missal tersebut.
Selain itu pada masa Majapahit di Jawa juga terdapat beberapa candi yang
dibangun. Kekuatan demografi ini juga mendukung kebijakan ekspansi yang
dilakukan oleh Majapahit.
Kekuatan demogrsfi ini terlihat sangat besar
jika kita membandingkan Jawa pada masa Majapahit dengan luar Jawa. Semananjung
Malaya pada abad 14 memiliki penduduk sebanyak 200 ribu saja, seukuran kota
kecil masa kini, sedangkan Jawa pada saat yang sama memiliki penduduk sebanyak
3 juta orang.
Majapahit juga melakukan perdagangan dengan
bangsa luar. Ini terlihat kebijakan penguasaan langsung pelabuhan di hilir
sungai Brantas. Meski ibukota Majapahit terletak jauh di pedalaman, ibukota
terhubung langsung dengan pelabuhan tersebut melalui sungai tersebut.
Produk-produk utama Jawa adalah bahan pangan(beras), tekstil kasar(atau kapas),
dan tenaga kerja(budak).
Selain itu motif ekonomi juga terlihat dalam
politik ekspansi yang dilakukannnya. Ekspansi - ekspansi yang dilakukannya
dilakukan dalam rangka membentuk jaringan kerajaan vassal untuk memperoleh
upeti yang akan menjadi produk perdagangan. Selain itu tujuan lain yang lebih
utama dalam ekspansi Majapahit adalah untuk memperoleh kontrol atas pelabuhan -
pelabuhan dagang utama di Asia Tenggara(dengan kata lain monopoli). Tindak
politis yang dilakukan bisa berupa penghancuran pelabuhan atau penaklukan.
o
Perbandingan Perekonomian Sriwijaya dan Majapahit
Perdagangan pada zaman
kerajaan Sriwijaya menjadi pengendali perekonomian Nusantara dengan menduduki
Selat Sunda dan Selat Malaka yang pada saat itu menjadi jantung perdagangan
Nusantara dengan Negara – negara luar seperti India dan Tiongkok ( Cina ) sedangkan
pada kerajaan Majapahit yang awalnya mengembangkan diri dari sektor pertanian
mulai menyalin perdagangan dengan dunia luar terbukti dari kebijakan penguasaan
langsug pelabuhan di hilir sungai brantas. Untuk hal – hal yang diperdagangkan
oleh Sriwijaya sehingga terkenal yaitu kapur
barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah sedangkan
pada Majapahit sendiri dari hasil pertanian yang ada di kerajaan mereka. Motif
perekonomian yang dilakukan Sriwijaya yaitu untuk memonopoli perdagangan laut
Asia tenggara sehingga pedagang lain tunduk pada mereka dan juga Sriwijaya
memiliki jejaring pelabuhan bahari sedangkan untuk Majapahit sendiri motif
mereka yaitu berupa politik Ekspansi yang dilakukan dalam rangka membentuk
jaringan kerajaan vassal untuk memperoleh upeti yang akan menjadi produk
perdagangan dan juga dalam berupa penghancuran atau penaklukan pelabuhan..
Van leur melukiskan bahwa ketika itu asia
terdapat dua jalan perniagaan besar yaitu
melalaui darat dan lautan. Jalan darat di sebut ajaln sutera yang di
mulai dari tiongkok, melalaui asia tengah dari tukestan sampai laut , di mana
jalan ini berhubungan juga dengan jalan jalan kafilah dari india.
Selanjutnya
van leur menerangkan bahwa jalan yang melalui laut ialah dari tiongkok dan
indonesia, melalui selat malaka ke india dari sini ada yang ke teluk persia,
melalui suriah kelaut tengah ada yang laut merah, melalui mesir dan sampai juga
kelaut tengah (JC. Van Leur 1967)
Perdangan
di indonesia yaitu kerajaan kerajaan tradisional di sebutkan Van leur mempunyai
sifat kapasitas. Lebih jelas di sebut sebagai kapitalisme politik dimana
pengaruh raja raja dari kepala negeri dalam perdagangan itu sangat besar. Dalam
perkembanagn kapitalisme semacam itu terbagi atas dua bentuk yaitu kapitalsime
modern dan kapitalisme perdagangan.
Kerajaan
sriwijaya adalah kerajaan pantai, negara pernaiagaan dan negara yang berkuasa
di laut. Kekuataan serta kekayaan di sebabkan perdangan internasional melalui
selat malaka, jadi berhubungan dengan jalan raya perdanagan internasional dari
asia timur ke asia barat dan eropa. Jalan tersebut selama lima belas abad
mempunyai arti yang penting dalam sejarah. Sriwiajaya adalah pusat perdangan
penting yang pertama pada jalan raya ini, kemudian diganti oleh tempat tempat
atau kota lain.
Kapal
yang melalui selat melaka singgah di pelabuhan pelabuhan untuk mengambil air
minum serta barang barang perbekalan lainya. Bebrapa pelabuhan di pantai selat
ini penting artinya sebagai pelabuhan
perbekalan dan oleh karena itu seriwijaya berusaha untuk memonopoli serta
menguasai daerah pesisir kedua belah pantai selat malaka ini. Usahnya berhasil,
daerah jambi, daerah lampung, semenanjung malaka dan tanah genting kra di
kuasai , bahkan pulaau silan pun lama seklai diduduki oleh sriwijaya setelah
perang dengan raja cola di india dalam abad
ke 11. Pada tahun 767 sriwijaya merampas tonkin (indochima, hindia
belakang ). Pelayaran sriwijaya meliputi lautan
sampai india dan hindia belakang bahkan mungkin sampai ke madagaskar.
Kapal kapal yang melalui perairan sriwijaya di wajibkan singgah di pelabuhan pelbuhan
sriwijaya tersbut sebagai kerajaan yang mengadakan “paksaan manimbung barang”
Raja
sriwijaya mempunyai kapal kapal sendiri.
Kekayaan harta benda raja serta kaum bangsawan berasal dari usaha perdangan
sendiri, dari bea bea yang di pungut dari perdangan perdangan yang melalui
kerajaan, serta dari peperangan dan pembajakaan laut. Selain itu itu ada
perdangan keliling yang di selenggarakan oelh saudagar saudagar kelontong.
Selama beberapa abad sriwijaya berfungsi sebagai pelabuhan samudera pusat
perdagangan, dan pusat kekuasaan yang menguasai pelayaran dan perdangan di
bagian barat indonesia, semenanjung malaya, selat malaka , sumatera utara,
selat sunda kesemuanya masuk lingkungan
kekuasaan srwijaya. Oelh meilink roelofsz di gambarkan bahwa barang barang yang
di perdagangkan di sana ialah teksil, kapur barus, mutiara, kayu berharga,
rempah rempah, gading, kain katun, dan sengkelat, perak , emas, sutera , rempah
rampah dan sebaginya. (meilink roelofsz 1962). Sebagai pusat perdagangan,
sriwijaya sering di kunjungi oleh para pedanagn dari persia, arab dan cina yang
memperdangkan barang barang dari negerinya atau negeri yang di laluinya.
Sedangkan pedagang jawa membelinya dan menjual rempah rempah.
Di
samping sriwijaya muncul kerajaan kerajaan jawa, terutama di jawa tengah dan
timur. Struktur kerajaan kerajaan ini berbedaan dengan sriwijaya. Pusat
kerajaan tidak terletak di pantai, melainkan didaerah pedalaman, sudah sejak
dahulu penduduk pulau jawa lebih banyak di bandingkan pulau sumatera. Banyak
sumber sejarah menerbitkan bahwa kerajaan kerajaan jawa timur mempunyai
perdangan lautan yang luas. Namun kekuasaanya tidak berdasarkan pada perniagaan
melainkan pertanian yaitu : pada usaha kaum tani, pada ekonomi desa dan pada
kerja rodi sera kewajiban para petani, untuk menyerahkan sebagaian dari hasil
buminya kepacia para penguasa.
Perekonomian
pada zaman majapahit dititik beratkan pada sektor pertanian masa itu dapat di
kelompokan menjadi dua sistem pertanian yaitu pertanian dengan sistem irigasi
dan sistem non irigasi . sistem irigasi sebenarnay sudah di kenal masyarakat
kita jauh sebelum datangnya pengaruh
kebudayaan india yaitu sistem pertanian terasering ( disusun berundak undak )
kemudian dengan masuk nya kebudayaan dari luar.sistem terasering tersebut
semakin sempurna menjadi menjadi pertanian
dengan sistem irigasi tau pengairan. Bukti bahwa pada masa
majapahit sitem pengairan ini sudah maju dapat di lihat dari banyak
waduk waduk atau bendungan yang didirikan lengkap dengan saluran sekundernya.
Salah satu waduk penampung pada masa itu adalah waduk air di trowulan yang di
sebut dengan nma waduk segaran.
Pertanian
non irigasi banyak di jumpai terutama di daerah lereng lereng pegunugan dan
daerah daerah dekat hutan di kenal dengan nama tegalan tau pagagan. Oelh karena
sistem pertanian semacam itu kurang produktif
di bandingakn dengan swah maka luas wilaya pagagan lebih kecil di
bandingkan dengan tanah persawahan.
Sumber :
-
Wayan, dkk. 2002. Sejarah awal : pt. Widyadara
-
Lerissa, dkk. 1996. Sejarah perekonomian indonesia, jakarta L depdikbud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Masukan komentar anda