Politik
Apartheid dirancang oleh Hendrik Verwoed. Apartheid menurut bahasa resmi
Afrika Selatan adalah Aparte Ontwikkeling artinya perkembangan yang terpisah.
Memperhatikan makna dari arti Apartheid itu kedengarannya baik yaitu tiap golongan masyarakat, baik golongan kulit putih maupun golongan kulit hitam harus sama-sama berkembang. Tapi perkembangan itu didasarkan pada tingkatan sosial dalam masyarakat yang pada prakteknya menjurus pada pemisahan warna kulit dan terjadinya penistaan dari kaum penguasa kulit putih terhadap rakyat kulit hitam.
Memperhatikan makna dari arti Apartheid itu kedengarannya baik yaitu tiap golongan masyarakat, baik golongan kulit putih maupun golongan kulit hitam harus sama-sama berkembang. Tapi perkembangan itu didasarkan pada tingkatan sosial dalam masyarakat yang pada prakteknya menjurus pada pemisahan warna kulit dan terjadinya penistaan dari kaum penguasa kulit putih terhadap rakyat kulit hitam.
i.
Verwoed menyusun rencana pembentukan
homeland, yang disebut juga Batustan. Homeland dilaksanakan dengan diadakannya
pembagian kembali Afrika Selatan berdasarkan wilayah kesukuan. Tiap orang kulit
hitam Afrika Selatan diharuskan menjadi warga negara salah satu homeland atas
dasar tempat lahirnya. Untuk memantapkan proyek homeland dikeluarkan bantuan
biaya untuk perangsang termasuk perangsang untuk pemasukan modal dari luar
untuk homeland. Kemajuan-kemajuan kecil tampak dari proyek itu.
Perkembangan Politik Apartheid di Afrika Selatan, Partai Nasional
memenangkan pemilihan umum dengan program Politik Apartheid. Kontak antara
ras yang dapat membahayakan kemurnian ras dibatasi. Segregasi atau
pemisahan dan perkembangan terpisah tidak hanya berlaku untuk golongan rasial
yang penting, tetapi juga untuk kelompok-kelompok yang lebih kecil.Kemenangan
Partai Nasional bukan suatu kebetulan, melainkan merupakan hasil situasi Afrika
Selatan itu sendiri. Setelah berkuasa, Partai Nasional bergerak secara
sistematis untuk memperkuat kedudukannya dalam parlemen dan memperluas
kedudukannya di luar parlemen. Dalam rangka hak-hak politik golongan kulit
hitam, golongan kulit berwarna Asia yang telah terbatas dikurangi dan lambat
laun dihapus. Di antara hak-hak itu adalahsebagaiberikut. :
Pada tahun 1951 dikeluarkan Bantu Authorities Act yang menghapuskan DPR Pribumi dan sebagai gantinya ditetapkan pembentukan pemerintahan suku.
Pada tahun 1951 dikeluarkan Bantu Authorities Act yang menghapuskan DPR Pribumi dan sebagai gantinya ditetapkan pembentukan pemerintahan suku.
ii.
Orang kulit hitam tidak boleh tinggal di
daerah perkotaan kulit putih selama lebih dari 72 jam.
iii.
Pada tahun 1945 dikeluarkan Native Land Act
yang melarang orang kulit hitam memiliki atau membeli tanah di daerahperkotaan
iv.
Segregasi pendidikan dilaksanakan dengan Bantu
Educationa Act pada tahun 1953.
Dia antara proyek Bantustan yang dianggap berhasil di Afrika Selatan adalah pemberian kemerdekaan kepada Transkei pada tanggal 26 Oktober 1976. Kemerdekaan ini disambut baik oleh rakyat dan pemerintah Transkei, tetapi mendapat tanggapan negatif dari negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat dan Inggris.
B.
Latar
Belakang adanya politik apartheid Afrika Selatan
Masalah
Apartheid berawal dari pendudukan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa di
Afrika. Bangsa Eropa yang pertama kali datang ke Afrika Selatan adalah bangsa
Belanda.Bangsa Belanda datang ke Afrika Selatan dipimpin oleh Jan Anthony van
Riebeeck. Kedatangan Bangsa Belanda ini menimbulkan masalah dalam kehidupan
masyarakat Afrika Selatan. Masyarakat Afrika Selatan menjadi di bawah
pendudukan bangsa Eropa (Bansa Belanda atau kulit putih), sehingga masalah
kulit ini yang menjadi titik pangkal munculnya masalah Apartheid.
C.
Akibat
yang terjadi pada saat politik Apartheid Afrika Selatan
Orang-orang
kulit hitam yang semula tidak mengerti bahwa kebijakan pemerintahannya, lambat
laun mengerti bahwa tujuan sebenarnya adalah diskriminasi rasial (perbedaan
warna kulit). Oleh karena itu mereka bangkit mengadakan perlawanan, tetapi
pemerintaha Pieter Botha dengan kejam menumpas setiap perlawanan yang terjadi.
Banyak tokoh-tokoh kulit hitam yang dijebloskan dalam penjara, seperti tokoh
kharismatik Nelson Mandela yang terpaksa mendekam dalam penjara selama 27
tahun.
Politik
Apartheid dirancang oleh Hendrik Verwoed. Apartheid menurut bahasa resmi Afrika
Selatan adalah Aparte Ontwikkeling artinya perkembangan yang terpisah.
Memperhatikan
makna dari arti Apartheid itu kedengarannya baik yaitu tiap golongan
masyarakat, baik golongan kulit putih maupun golongan kulit hitam harus
sama-sama berkembang. Tapi perkembangan itu didasarkan pada tingkatan sosial
dalam masyarakat yang pada prakteknya menjurus pada pemisahan warna kulit dan
terjadinya penistaan dari kaum penguasa kulit putih terhadap rakyat kulit
hitam.Verwoed menyusun rencana pembentukan homeland, yang disebut juga
Batustan. Homeland dilaksanakan dengan diadakannya pembagian kembali Afrika
Selatan berdasarkan wilayah kesukuan.Tiap orang kulit hitam Afrika Selatan
diharuskan menjadi warga negara salah satu homeland atas dasar tempat lahirnya.
Untuk memantapkan proyek homeland dikeluarkan bantuan biaya untuk perangsang
termasuk perangsang untuk pemasukan modal dari luar untuk homeland.
Kemajuan-kemajuan kecil tampak dari proyek itu.
Perkembangan
Politik Apartheid di Afrika Selatan,Partai Nasional memenangkan pemilihan umum
dengan program Politik Apartheid. Kontak antara ras yang dapat membahayakan
kemurnian ras dibatasi. Segregasi atau pemisahan dan perkembangan terpisah
tidak hanya berlaku untuk golongan rasial yang penting, tetapi juga untuk
kelompok-kelompok yang lebih kecil.
Kemenangan Partai
Nasional bukan suatu kebetulan, melainkan merupakan hasil situasi Afrika
Selatan itu sendiri. Setelah berkuasa, Partai Nasional bergerak secara
sistematis untuk memperkuat kedudukannya dalam parlemen dan memperluas
kedudukannya di luar parlemen.
D.
PERKEMBANGAN
MASALAH POLITIK APARTHEID DI AFRIKA SELATAN
Pada tahun 1910 Perang
Boer kedua berakhir dan Inggris berhasil mempersatukan wilah Afrika Selatan
dalam satu Uni Afrika Selatan menjadi republik denagn presidennya Hendrik
Verwoed. Verwoed yang berhasil membuat kebijakan untuk memisahkan mayoritas
orang kulit putih dan mayoritas kulit hitam justru malah menimbulkan
diskriminasi antara keduanya. Sebelum dilaksanakan Politik
Apartheid sebenarnya telah lama dilakukan hal-hal yang merupakan gejala
Apartheid, antara lain :
i.
Native Land Act (Undang-undang
Pertanahan Pribumi) tahun 1913 yang melarang kulit hitam membeli tanah di luar
daerah yang sudah disediakan bagi mereka.
ii.
Undang-undang Imoraitas tahun 1927 yang
melarang terjadinya perkawinan campuran antara kulit putih dengan kulit hitam
atau kulit berwarna lainnya.
Pengganti Verwoed adalah Pieter Botha pada tahun 1976 ia mengumumkan bahwa homeland-homeland yang dibentuk dimaksudkan untuk menjadi negara bagian yang otonom. Namun siapa pun dapat memahami dengan mudah bahwa Politik Apartheid yang mengadakan pemisah pembangunan daerah-daerah pemukiman dimaksud untuk memecah belah persatuan dan kesatuan Afrika Selatan, sekaligus mengamankan pemerintahan minoritas bangsa kulit putih di daerah itu.
Orang-orang
kulit hitam yang semula tidak mengerti bahwa kebijakan pemerintahannya, lambat
laun mengerti bahwa tujuan sebenarnya adalah diskriminasi rasial (perbedaan
warna kulit). Oleh karena itu mereka bangkit mengadakan perlawanan, tetapi
pemerintaha Pieter Botha dengan kejam menumpas setiap perlawanan yang terjadi.
Banyak tokoh-tokoh kulit hitam yang dijebloskan dalam penjara, seperti tokoh
kharismatikNelson Mandela yang terpaksa mendekam dalam penjara selama 27
tahun. Selain perlawanan bersenjata, usaha-usaha mengakhiri Politik
Apartheid juga dilakukan melalui perjuangan politik. Partai-partai yang
terkenal antara lain Partai Konggres (ANC) pimpinan Nelson Mandeladan
Inkatha Freedom Party pimpinan Mongosuthu Buthulesi. Salah seorang tokoh
pergerakan Afrika Selatan yang juga sangat terkenal adalah Uskup Agung Desmond
Tutu.
Perjuangan
rakyat Afrika Selatan yang tidak mengenal lelah akhir membawa hasil. Timbulnya
gejala-gejala ras diskriminasi orang-orang Belanda dari kaum kristen Kalvanis
yang pertama datang ke Afrika Selatan telah memandang penduduk pribumi kulit
hitam dengan pandangan yang rendah. Penduduk pribumi dianggap sebagai bangsa
yang biadab, primitif dan dianggap sebagai keturunan putra-putra Ham (anak
kedua Nabi Nuh) yang dikutuk oleh Tuhan untuk jadi budak. Pandangan itu yang
menyebabkan terjadinya perbudakan atas bangsa kulit hitam oleh penduduk kulit
putih.Perbudakan di Afrika Selatan mengikuti usaha cari keuntungan yang besar
dengan dibukanya tambang-tambang intan dan emas. Dengan berlakunya sistem
perbudakan, maka memudahkan diperoleh pekerja-pekerja yang amat murah. Tempat
tinggal mereka tidak boleh berbaur dengan tempat kulit putih.Daerah untuk kulit
hitam disediakan khusus yang jauh terpisah dan berpagar rapat. Untuk keluar
masuk pemukiman diwajibkan mempunyai surat pas. Dengan sistem itu, maka
penguasaan atas persedian tenaga kerja akan terjamin.
Sampai
pada abad ke-19 pemukiman kulit hitam masih bercampur dengan daerah kulit
putih, tapi pada permulaan abad ke-20 mereka digiring ke daerah pinggiran.
Penduduk peranakan dan keturunan India juga termasuk bangsa yang diusir dari
kota.Sebuah perkampungan kulit hitam yang besar ialah perkampungan Soweto di
sekitar Johannesrburg. Sejauh mata memandang yang tampak hanya kompleks
pemukiman yang amat luas dengan rumah-rumah primitif yang kotor. Demikian
pandang Kennedy, senator Amerika Serikat yang mengunjungi Afrika Selatan.
Rumah-rumah itu tidak disediakan pemerintahan dengan cuma-cuma, tetapi ditarik
sewa yang amat tinggi, sementara upah para buruh amat rendah.Pada tahun 1913
penguasa kulit putih mengeluarkan undang-undang pertanahan pribumi (Native Land
Act) yang melarang kulit hitam membeli tanah di luar daerah yang telah
disediakan untuk mereka. Pada tahun 1927 dikeluarkan kembali undang-undang
Imoralitas yang melarang hubungan seks antara kulit putih dan kulit hitam.
Perkawinan campuran antara kulit putih dan kulit hitam atau kulit berwarna lainnya
dilarang keras.
E. Pergerakan
Politik Afrika Selatan dalam Menentang Politik Apartheid.
Setelah
partai nasional berkuasa di Afrika Selatan secara sistematis dilembagakan dan
dituangkan dalam undang-undang sehingga orang kulit putih menguasai rakyat
pribumi dan secara berangsur-angsur merampok dan mengurangi hak-haknya. Orang
kulit hitam menolak klaim kulit putih bahwa secara kodrat orang kulit putih
memiliki keunggulan dan hak untuk memimpin.
Dengan
adanya orang-orang kulit hitam menerima pendidikan Barat maka mereka mulai
mengambil langkah-langkah membentuk gerakan politik. South Afrika Native
National Conference dan APO mengirimkan delegasinya ke London untuk mengajukan
protes, tetapi gagal. Sebagai reaksi, lahirlah South African National (SANC)
pada tahun 1912 kemudian namanya diubah menjadi ANC (African National
Congress). Sasarannya terbatas pada usaha agar golongan elit Afrika Selatan
diterima secara sosial dan politik dalam masyarakat yang dikuasai oleh orang
kulit putih. Perjuangan mereka untuk mencapai sasaran adalah lewat jalan
konstitusional.
Perjuangan
ANC berubah setelah pemerintah Afrika Selatan mengeluarkan National Land Act
yang isinya :”orang kulit hitam dilarang membeli tanah atau hidup di wilayah
orang kulit putih sebagai penyewa atau penggarap bagi hasil”. Pada tahun 1919 –
1920, ANC melancarkan kampanye menentang peraturan-peraturan kewajiban orang
kulit hitam membawa pas. ANC mengalami kemunduran setelah pemerintah Afrika
Selatan mengambil tindakan keras dan tegas. Untuk sementara peranannya diambil
alih oleh ICU (Industrial and Commercial Union) yang didirikan pada tahun 1919.
ANC memperluas keanggotaannya dan akhirnya berkembang menjadi organisasi massa.
Pada
tahun 1952, orang kulit hitam, kulit berwarna serta sejumlah orang kulit putih melancarkan
suatu perlawanan pasif. Situasi seperti ini terjadi pada tahun 1970 dan
kejadian serupa sering terjadi dalam perjuangan tanpa kekerasan yang dilakukan
oleh ANC.
Pada
tahun 1955, kelompok-kelompok yang menentang politik Apartheid mengadakan pertemuan
di Capetown untuk menggariskan dasar-dasar bagi Afrika Selatan yang demokratis
dan non rasial. Pada tahun 1956 sebanyak 156 orang pemimpin ditangkap karena
dituduh berkomplot akan menggulingkan pemerintah. Proses ini terjadi
berlarut-larut hingga akhirnya mereka dibebaskan pada tahun 1961. sementara ANC
kehilangan pemimpin-pemimpinnya, sejumlah anggotanya memisahkan diri dan
mendirikan Pan Africanist Congress (PAC). Pada tahun 1960 PAC melancarkan
kampanye anti kebijakan pemerintah. Dalam peristiwa itu sebanyak 69 orang tewas
ditembak oleh polisi di Sharpeville. Gerakan ANC dan PAC akhirnya dilarang
setelah peristiwa itu.
Pembantaian
di Sharpeville dan adanya larangan organisasi-organisasi politik di kalangan
orang kulit hitam merupakan titik balik dalam sejarah pembebasan Afrika
Selatan. Akhirnya diputuskan bahwa dengan jalan damai tidak bisa maka ditempuh
jalan kekerasan. Pada tahun 1961 – 1962, aktivis orang kulit hitam mendirikan
organisasi Umkhonto We Sizwe dan Poso dengan mengadakan sabotase terhadap milik
orang kulit putih. Menjelang akhir tahun 1973, pemimpin-pemimpin Bantustan
mengadakan pertemuan untuk membentuk federasi negeri-negeri Bantu dan mengutuk
diskriminasi rasial di Afrika Selatan.
Pada
tahun 1974, para pemuka federasi mengadakan pertemuan dengan PM Vorster. Pada
pertemuan itu, PM Vorster maupun federasi akan meminta tambahan wilayah bagi
negara Bantu. PM Vorster menolak usulan agar diselenggarakan suatu konvensi
multirasial guna menyusun suatu konstitusi baru dan dia tidak akan mengikutsertakan
orang kulit hitam dalam kekuasaan negara.
Tekanan-tekanan
semakin meningkat sejak bulan Juni 1976 ketika ±10.000 pelajar melancarkan
demontrasi protes di Soweto yang berkembang menjadi huru hara di kota-kota
orang kulit hitam dekat Johanessburg dan Pretoria. Ratusan orang tewas dan
lebih seribu orang mengalami luka-luka. Terbunuhnya Steve Biko pimpinan Black
Consciousness dalam tahanan merupakan puncak tekanan pemerintah Afrika Selatan.
Pada
tanggal 1 April 1960 Dewan Keamanan PBB (DK) berseru kepada Afrika Selatan agar
mengambil tindakan untuk mewujudkan harmoni rasialatas dasar persamaan dan
melepaskan kebijaksanaan-kebijaksanaan Apartheid dan diskriminasi rasial. Pada
tanggal 7 Agustus 1963 DK mengulangi seruannya sambil menghimbau kepada semua
negara agar menghentikan penjualan senjata dan perlengkapan militer kepada
Afrika Selatan. Pada tanggal 4 Desember 1963, DK mengutuk sikap acuh tak acuh
pemerintah Afrika Selatan dan mengulangi kembali seruannya kepada semua negara
agar menggunakan embargo senjata.
Sehubungan
dengan jatuhnya banyak korban ketika pasukan Afrika Selatan melepaskan tembakan
terhadap demonstran yang menentang diskriminasi sosial (16 Juni 1976) pada
tanggal 14 Juni 1976 DK mengutuk keras pemerintah Afrika Selatan. Mereka mengatakan
bahwa Apartheid adalah suatu kejahatan, mengganggu perdamaian dan keamanan
international serta mengakui sahnya perjuangan rakyat Afrika Selatan dalam
melenyapkan Apartheid.
Sikap
Negara Barat Negara-negara Barat yang menyatakan menjunjung tinggi persamaan
hak dan kewajiban martabat semua orang tidak setuju dengan diskriminasi rasial
dan politik Apartheid di Afrika Selatan, tetapi mereka tidak dapat berbuat
sesuatu karena mempunyai banyak kepentingan. Mereka hanya mendukung
resolusi-resolusi anti Apartheid.
Kepentingan
negara-negara Barat terhadap Afrika Selatan antara lain sebagai berikut :
Afrika Selatan
merupakan salah satu sumber utama bahan mentah yang dibutuhkan oleh industri
dan kehidupan negara-negara tersebut.
i.
Letak geografis Afrika Selatan mempunyai
arti penting bagi strategi global negara-negara Barat, khususnya USA.
ii.
Afrika Selatan menguasai jalur pelayaran
Tanjung Harapan yang merupakan urat nadi mereka.
iii.
Suplai minyak dan bahan-bahan mentah
vital diangkut lewat jalur tersebut.
PERAN NELSON
MANDELA DALAM PENGHAPUSAN RASIALISME
Kemenangan
Mandela adalah salah seorang dari banyak tokoh pejuang politik Afrika Selatan
yang sempat menyaksikan dan merasakan puncak dari perjuangannya yakni
pembebasan kaum kulit hitam Afrika Selatan dari penindasan kaum kulit putih.
Kemenangannya dalam pemilihan demokratis dan miltirasial pertama kali sepanjang
340 tahun sejarah Afrika Selatan pada bulan Mei 1994 membawa perubahan besar
bagi negeri itu. Nama Nelson Mandela mulai menanjak ketika ia
terpilih menjadi Sekjen ANC (African National Congress) pada tahun 1948 dan
pada tahun 1952 menjadi Presiden Liga Pemuda. Sejak itu Mandela lebih
banyak memainkan peranannya secara rahasia. Pada tahun 1961 sebagai Sekretariss
Jenderal ANC, Mandela mengomandokan pemogokan selama tiga hari 29 –
31 Mei 1961. seruan pemogokan itu ditanggapi oleh pemerintah Apartheid sebagai
suatu pelanggaran serius.
Pada
bulan Desember 1962, ia dijatuhi 5 tahun penjara, dengan tuduhan meninggalkan
negara secara ilegal. Mandela menjalani hukumannya di penjara Pretoria. Tidak
beberapa lama tokoh-tokoh ANC lainnya juga ditangkap di markas ANC. Pada saat
itu disita pula sejumlah dokumen rahasia, menyangkut ANC dan Tombak Bangsa.
Mereka yang ditangkap yaitu Walter Sisulu, Govan Mbeki, Raymond Mhlaba, Ahmed
Akthrada, Dennis Golberg dan Lionel Bernstein. Mandela bersama-sama
dengan keenam rekannya diperiksa dengan tuduhan melakukan sabotase
bersengkongkol untuk menumbangkan pemerintah dan membantu unsur asing menyerang
Afrika Selatan. Mereka akhirnya divonis dengan hukuman seumur hidup pada
tanggal 12 Juni 1964 dan harus mendekam dalam penjara di Pulai Roben Cape Town.
Pada tahun 1982 Mandela dipindahkan lagi ke penjara Pollsmor juga masih daerah
Cape Town.Selama di penjara itulah kampanye pembebasannya dilancarkan, baik di
Afrikan Selatan sendiri maupun di luar Afrika Selatan. Aksi protes dan kampanye
pembebasan Mandela semakin berkobar sejak tahun 1982, bahkan pada tahun 1988
ulang tahun ke-70 Nelson Mandela dirayakan oleh bangsa kulit hitam
Afrika Selatan dengan menggelar konser musik selama 120 jam non stop dan
disiarkan ke-50 negara. Akibat kampanye pembebasan tokoh ANC ini, makin banyak
negara yang menekan pemerintah Apartheid Afrika Selatan baik secara
politik maupun ekonomi.
Kampanye pembebasan itu
membuat Mandela menjadi tokoh tahanan politik paling populer di
dunia. Akibat tekanan yang bertubi-tubi pada bulan Juli 1989 Botha bertemu
dengan presiden F.W. de Klerk pengganti Botha. Dari pertemuan-pertemuan itu
pada bulan Februari 1990, de Klerk mengumumkan di depan parlemen bahwa
pemerintahannya akan mencabut larangan bagi ANC, Partai Komunis Afrika Selatan
(SACP) dan Pan Africanist Congress (PAC) menyusul diakhirinya Politik
Apartheid. Pada kesempatan itu de Klerk juga mengisyaratkan bahwa Mandela akan
segera dibebaskan. Pembebasan tokoh kharismatik Afrika Selatan ini kemudian
dilaksanakan sesuai dengan janjinya. Pada tanggal 11 Februari 1990 dari penjara
Victor Verster, Mandela dibebaskan. Pembebasan itu sangat menarik perhatian
dunia dan disambut oleh ratusan wartawan baik dari dalam maupun luar negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Masukan komentar anda